Kamis, 07 Januari 2010

Billy sayang _ Billy malang!


Aku sangat menyukai anak-anak, dan bahkan setiap orang pasti menyukai anak-anak. Apalagi jika anak tersebut masih balita, lincah dan menggemaskan. Begitu juga dengan balita yang satu ini, Billy namanya. Lahir sebagai anak pertama dari pasangan Esi dan Sam. Billy berusia 2 tahun (saat itu) sangat lincah, periang, tidak cengeng dan bertubuh montok dan tegap.

Rumah Billy tepat berada didepan rumahku. Halaman rumahku cukup asri lapang, terdapat pohon jambu air yang rindang sehingga tak jarang tetangga-tetanggaku datang sekedar duduk dan ngobrol dengan empunya rumah dan sudah pasti duduknya dibawah pohon. Begitu juga Billy, dia sering datang dan main dihalaman rumahku. Billy sangat ceria, dan itu memang ku perhatikan. Dia sangat jarang sekali ku dengar menangis meskipun terjatuh saat tengah bermain atau dimarahi si ibu karena sedikit mengulah, misalnya saja saat ku lihat dia mengejar kucing pada waktu makan. Pernah beberapa kali ketika dia bermain, dia terjatuh, kakinya sedikit memar, tapi sekalipun dia tidak menangis padahal si ibu tengah merepet panjang padanya tapi dia hanya memandang kakinya dan sesekali menoleh pada si ibu yang tengah marah dan menasehatinya. "anak yang baik budi", senyumku dalam hati.

Pernah satu hari Billy ku isengi. Saat dia hendak keluar dari halaman rumahku, pintu pagar yang tadinya terbuka ku tutup tepat saat dia berada didekat pagar selangkah hampir keluar. Billy memandangiku dengan kening berkerut, mungkin dia heran kenapa tiba-tiba pagar ku tutup sedang dia mau keluar. Ku biarkan dia berdiri kebingungan sedang aku menunggu reaksi selanjutnya. "dia pasti menangis", duga ku dalam hati, tapi ternyata dugaanku meleset jauh. Dia malah mencoba mendorong pintu pagar agar terbuka yang tentu saja tak jua bergeming meski sekuat apapun dia mencoba. Kini balik aku yang terkejut dan bingung, betapa ini anak tidak lemah secara mental bahkan sangat tegar, dia tidak merengek untuk dapat perhatian tapi malah berusaha. Hmmm.... Ku tunggu reaksi selanjutnya, aku coba menduga kembali "dia pasti akan cape, lalu menangis dan kemudian akan mendekatiku untuk dibukakan", hatiku coba menerka. Dan lagi, dugaanku kembali rontok. Dia malah memilih melakukan hal lain, tidak ada rengekan sedikitpun apa lagi tangisan, sama sekali tidak. Tahukah anda apa yang Billy lakukan?!, dia malah menjauhi pagar dan bermain sendiri diteras samping rumahku dan mengganggu kucing liar yang sedang nongkrong disitu.

Tapi... Satu hari, semua keceriaan Billy kandas begitu saja. Billy tiba-tiba sakit, demam tinggi. Yesi datang kerumahku dengan panik dan meminta mamaku untuk menolong Billy. Mama membawa Billy ke rumah sakit umum pemerintah. 2 hari berselang, Billy tidak menunjukkan kondisi lebih baik, dan karena alasan JAMSOSTEK yang hanya berlaku disalah satu rumah sakit umum swasta Billy kemudian dipindahkan. Sehari setelah pindah, kondisi Billy menurun drastis dan dengan sangat terpaksa dirawat di ruang ICU, Billy koma. Berhari-hari, tidak juga menunjukkan reaksi lebih baik.

Entah apa alasan, akhirnya keluarga membawa Billy pulang dan menjalani rawat jalan. Sehari kepulangan Billy, ku dengar keluarga Billy mengadakan Kidung (keluarga Billy penganut agama kristen) untuk kesembuhan Billy. Ku dengar tangisan ibunya yang memohon kesembuhan untuk sikecil pada Tuhannya seraya terus menyenandungkan Kidung Rohani. Hatiku terasa miris mendengar tangisan ibunya yang terus mengiba penuh dan dalam kepasrahan yang tersisa memohon mukjizat pada kuasa Tuhannya. "yah... Seorang ibu terhadap anak" desahku membatin. Betapa tidak! Ngilu tentu hati seorang ibu yang dihadapkan pada anak yang tengah menderita dalam keluguan dan kepolosan harus bergelut dengan maut yang kemudian pada akhirnya Billy yang tidak pernah menangis, yang tidak menyerah akhirnya harus menyerah pada pelukan damai Tuhannya dan meneteskan air mata tepat saat matanya tertutup untuk selamanya.

Sungguh teramat dalam Rahasia Tuhan ditiap lembar hidup insan. Inilah Tuhan dengan tiap kuasaNya, lebih memahami yang terbaik bagi hambanya.

Tidak ada komentar: