Minggu, 10 Januari 2010

"lihat mak, anak mamak menjadi orang berhasil!!"


Ibuku berasal dari daerah Tapanuli, kec. Siabu Sumatera Utara. Lahir sebagai anak ke 4 dari 7 bersaudara. Mereka 7 bersaudara sangat patuh satu dengan yang lain, artinya jika dia lebih muda maka dia tidak pernah membantah apa yang menjadi perkataan yang lebih tua, dan hal ini juga berlaku bagi kami sekarang bahkan bersepupu dari pihak ibuku. Sikap menghormati juga ditanamkan pada kami dalam bertutur, setiap bertemu dan berpisah saling bersalaman dimana punggung tangan yang lebih tua harus dicium kekening kita jika kita lebih muda.

sekali waktu, saat kami berkumpul, Tulang-Tulang (paman), ibu dan bujingku (adik perempuan ibu) sering bercerita tentang masa kecil mereka. Misalnya saja kisah Tulang Cholil (abang ibuku no 2). Satu hari nenekku sedang berjualan dipoken, dan Tulang Cholil yang bertugas membantu. Tidak berapa jauh dari situ terdapat lapangan bola, sorak sorai penontonpun sampai pula ketelinga Tulangku ini, begitu ia mendengar sorak sorai penonton dari kejauhan maka naluri atlitnyapun bangkit seketika. Tapi tentu saja Tulangku tidak bisa menunaikan hasratnya bermain dilapangan hijau menggiring bola lalu kemudian mencetak gol karena dia tengah bertugas membantu nenekku berjualan. Dia segera memutar otak dan segera dapat ide yang sangat cemerlang, dia meminta izin nenekku untuk mengambil air "*umak, ma habis aek ta, ke jolo au mangalap tu bagas ta da mak" (*mak, udah habis air kita, pergi dulu aku mengambil kerumah ya mak) pinta Tulangku dengan polos. Nenek yang saat itu tengah sibuk langsung saja mengiyakan. Dengan cekatan Tulangku bergerak lalu lari membawa ceret. Sejam, dua jam, ashar berlalu hingga magrib Tulangku tak kunjung tiba, bahkan nenekku sudah pulang kerumah dengan membawa amarah berkilo-kilo akibat tipuan Tulangku. Setiba dirumah, tentu saja Tulangku didamprat habis-habisan sebab berani berdusta. Katanya ngambil air tapi ternyata nyangkut dilapangan bola untuk bermain seoalah-olah dia adalah bintang lapangan yang paling ditunggu-tunggu, dan tentu saja dia dimarahi dengan pasal berlapis karena ceret yang dibawa lari sebagai alat kejahatan tipuan tak ikut dibawa pulang, entah hilang dimana.

Akan tetapi, Tulang Cholil ku ini sangat menoreh kebanggaan bagi opung dan nenekku. Pasalnya, dia punya keinginan tinggi untuk sekolah dan menjadi orang berhasil. Hal ini didasari karena satu hal, begini ceritanya..! Pernah satu hari Tulangku ini menjunjung sayur yang baru dipanen diatas kepalanya. Saat pulang dari ladang, Tulang berpapasan dengan seorang tetangga dan menyapa nenek dengan kalimat begini "*nagot jadi aha do anak muyu, na songon kuli do! Na bisa sikolah lakni!" (* mau jadi apanya anak mu ini, kayak kulinya! Gak bisa rupanya menyekolahkan ya!). Tentu saja Tulangku yang sebenarnya punya cita-cita ini sangat tersinggung karena merasa direndahkan. Memang kami akui, bahwa opung & nenekku orang yang sangat pas-pasan. Setelah kejadian itu, Tulang yang sudah menamatkan PGA di Padang Sidimpuan meminta agar nenek menyekolahkannya ke Jogyakarta sebab saat itu IAIN negri ada disana belum dikota Medan. Tentu saja Nenek berpikir 10kali mendengar pinta anaknya, sebab untuk keseharian saja sulit. Tulangku tak patah semangat, dia meminta agar Nenek memberi dia ongkos dan uang untuk 3bulan dijogya, setelah 3 bulan maka Tulang mencari penghidupan sendiri hingga tamat. Dan ternyata kenekatannya berbuah kesuksesan, dia menjadi seorang sarjana yang saat itu masih sangat langka kata sarjana ditelinga orang-orang kampung nenek. Tak berhenti sampai disitu, pulang kemedan Tulang lulus PNS di pengadilan agama, pelan namun pasti dia akhirnya menancapkan karir sebagai Hakim dan sebagai ketua pengadilan tinggi agama Stabat. Betapa Nenek bercucuran air mata saat menyaksikan pelantikan Tulang saat menjadi Hakim, seorang ibu yang buta huruf alphabet yang hanya tau menghitung uang receh hasil dagang yang hanya tau membaca huruf ijaiyah kini menyaksikan anaknya menjadi orang Nomor Satu di PTA Stabat (sekitar Tahun 80'an). Karir beliau terus menanjak, tapi beliau tetap menjadi pribadi yang sangat jujur dan penyayang. Saat usai pelantikan, nenek yang menangis dipeluk erat oleh Tulang, dengan bangga Tulang berkata pada nenek "lihat mak, anak mamak menjadi Orang berhasil", nenek terus menangis dan terus bertasbih memuji kebesaran Allah, pelukan itupun diabadikan dalam foto. Beliau 2kali keMEKKAH sebagai petugas ketua kloter, free. Subhanallah.

pribadi Tulang Cholil sangat melekat bagi kami semua bersepupu. Beliau kami cintai seperti mencintai Ayah Kandung Sendiri. Dia mendidik kami mulai dari bertutur, bercita-cita, sholat berjamaah, adab makan terutama dimeja makan, membawa kami tamasya kemana-mana. Betapa kami sangat kehilangan saat ia berPulang keRahmatullah September 2006, 6 bulan setelah dilantik menjadi Wakil Ketua PTA LOMBOK NTT. Serasa mimpi ketika melihat jenazahnya, persis serasa kehilangan seorang Ayah tercinta, tapi inilah KehendakNya dan terbaik baginya.

Drs. H. Cholill Hasibuan M.hum,, cintamu, didikanmu, tak putus, abadi dalam batin kami semua keponakanmu. Kini hanya doa penghubung kita dalam pengharapan CintaNya padamu, "papa".

2 komentar:

jack mengatakan...

semoga semangat beliau mengalir pada kita ya...

walida harahap mengatakan...

Bg joy : tx ya bg. Amin Allahumma Amin..