Selasa, 30 Juni 2009

Antara Sedekah dan Dusta


aku baru saja keluar dari sebuah cafe yang terletak disebelah kiri kampusku (UISU) di jalan SM.Raja Medan. Saat itu aku dan teman-teman merayakan perayaan kecil (biasa.. anak muda), hari itu tepat pada tanggal 24 juni 2009, Rabu dan sekaligus sebagai hari terakhir kami menyelesaikan ujian semester akhir (saat itu aku duduk di semester akhir, semester VIII FKIP-UISU). Ketika aku sedang asyik bercengkrama dengan teman-teman, aku melirik jam tangan ku. Waktu menunjukkan pkl.18.15 WIB mnejelang maghrib, aku segera pulang.

Aku berjalan menuju depan kampusku dan hendak menyebrang. aku berjalan dalam keadaan pikiran yang tidak begitu fokus karena memang pada saat itu ada beberapa masalah yang mengerubungi kepala ku. saat aku bersiap menyebrang, tiba-tiba saja aku disapa seorang laki-laki setengah baya dengan wajahnya yang sedikit pucat, gelisah dan dengan mata yang berkaca-kaca. dari paras dan penampilannya, kira-kira lelaki setengah baya ini berumur 45 tahun kurang lebih. sontak saja aku kaget. "nak, bisa bapak minta tolong?", ku dengar suara parau yang menyapaku dengan cepat. belum sempat aku bertanya atau menjawab sapanya tadi dia langsung menyambung suara, "bapak baru saja kecopetan, bapak baru terima uang gaji ternyata kecopetan, bapak gak ada ongkos lagi untuk pulang." jelasnya panjang lebar kepadaku yang dari tadi mencoba terus memperhatikannya, dan kudapati tangan kanannya memegang uang dengan nominal Rp.1ooo yang kupastikan itu hanya selembar. aku segera mengambil keputusan dengan cepat, aku tidak mau berlama-lama bicara dengan orang asing ditengah jalan apalagi sudah menjelang maghrib.

segera ku tanya dia dengan tenang "Rumah bapak dimana?", namun dalam hati aku berdoa mohon perlindungan Allah atas segala sesuatu yang membawa ku pada mudharat, maklumlah dikota Medan sering terjadi hal-hal negative seperti hipnotis, rampok bahkan penculikan. yaa.. walaupun tampang ku gak ada pantas-pantasnya untuk jadi korban penculikan tapi tetap saja aku harus wapada, sedia ember sebelum hujan (lho.. koq gak nyambung). sudahlah, mari kita kembali kejalan yang benar. setelah kutanya dimana rumanya, aku segera mendapat jawaban "Tanjung Morawa" jawabnya singkat sambil menyeka matanya yang memang ku lihat agak berkaca-kaca. langsung saja aku mengeluarkan selembar uang yang ku kira akan cukup untuk ongkos dia pulang ke arah Tanjung Morawa, bahkan jika dia harus menyambung angkot tiga kali dari depan kampusku, uang itu masih cukup untuk mengantarnya sampai ke Tanjung Morawa.

saat aku menjulurkan selembar uang tersebut dia mengatakan nominal itu terlalu banyak, "banyak kali nak, lima ribu aja". aku yang memang sedari tadi ingin secepatnya beranjak segera menjawab "sudah pak tidak apa-apa, saya ikhlas". dia mengucapkan terima kasih dan melantunkan doa semoga Allah memberiku kemurahan rezeki. aku mengaminkan dan mengucapkan salam, "assalamu'alaikum" ucapku cepat kemudian segera menyebrang, masih sempat aku mendengar jawaban salam paraunya diantara deru kendaraan yang berlari mengejar waktu saat senja semakin pudar ditelan gelap, "Wa'alaikumsalam" jawabnya sayup. saat aku berada ditengah badan jalan, aku sempatkan menoleh dan aku melihat bahwa dia masih memperhatikanku hingga aku menyebrang ketrotoar. sesampai disebrang, aku melihatnya memberhentikan angkot yang aku tidak tahu Nomor jurusan angkot tersebut (apakah jurusan arah Tanjung Morawa atau bukan), dan aku melihat dia naik angkot tersebut.

sesampai dirumah, aku menceritakan pada keluargaku apa yang baru saja aku alami. mereka menanggapi dengan nada heran "ini tanggal 24, gajian apa?", sepupuku yang kebetulan bersilaturrahim kerumah juga menimpali dengan nada yang sama. ketika aku masih dalam perjalanan pulang kerumah, pertanyaan/keheranan yang sama dengan komentar keluargaku tadi sebenarnya juga terbersit dalam benakku, "ini tanggal 24, jika tanggal 29 atau 30 memang ada orang yang gajian akhir bulan. tapi ini...?" benakku coba menganalisa (memang ada beberapa instansi atau industri besar ataupun kecil yang menggaji karyawan diakhir bulan, seperti abang ku yang bekerja perusahaan sawit di Kalimantan barat, dia terima gaji akhir bulan tanggal 28 atau 29). tapi ku coba mengingat-ingat bahasa tubuh laki-laki setengah baya yang menyapaku tadi, dari parasnya yang pucat, murung, mata yang berkaca-kaca, mungkin saja dia benar dia kemalangan. aku segera beristighfar, meyakinkan diri bahwa ini adalah rencana Allah dan aku tidak perlu berpikir apa-apa lagi, "toh aku selamat dari kemudharatan yang tadi sempat membayangi pikiranku, dan jika aku ikhlas maka aku tidak perlu mengingat-ingat lagi" tegasku dalam hati.

ini bukan pengalamanku yang pertama dimintai tolong secara tiba-tiba ditengah jalan. sekali pernah seorang mahasiswi UMSU yang katanya kecopetan, kebetulan aku bertemu dia saat menunggu angkot di dekat Taman Stadion Teladan Medan, arah rumahnya berbeda denganku (rumahku di perumnas mandala), kukatakan sejujurnya kepadanya bahwa aku tak punya uang pecah yang bisa ku berikan sebagai ongkos dia pulang (rumahnya di jalan Bromo). ku tawari dia untuk menelphon keluarga atau temannya agar menjemput dia ditempat yang sudah ditentukan agar yang menjemput mudah mendapati dia, ku katakan padanya bahwa aku yang akan membayar biaya telphonya. dia setuju dah ku bawa dia ke wartel terdekat.

dilain waktu ada seorang ibu yang juga tiba-tiba mendatangiku saat aku tengah menunggu copian berkasku di sebuah Toko FotoCopy di dekat kampusku tepatnya di depan sekolah Eria Medan, ia meminta tolong agar aku memberinya uang karena dia tidak mempunyai uang lagi untuk ongkos pulang karena dia salah naik angkot dari RS.Pirngadi menuju Binjai, ternyata kesasar ke jalan SM.Raja kampusku (jauh banget pikirku.... ^_^). aku tak ingin berlama-lama, segera ku kelurkan bantuan sepantasnya.

pernah lagi dilain waktu, seorang anak SMP (perempuan dan memakai jilbab, terlihat polos dan jujur) yang tidak membawa uang saku, mungkin dia lupa membawa. dia duduk di depanku, kulihat dia gelisah tanpa sedikit pun berkata. dia membongkar-bongkar isi tas nya, kantong baju dan roknya. tak ada sesuatu yang keluar untuk digenggam. matanya mulai berair. segera ku sapa dan ku tanya, ternyata dia tidak membawa uang karena buru-buru takut terlambat akhirnya lupa. ku katakan padanya aku yang akan membayar, sesaat setelah dia mengucapkan terima kasih, dia lebih dahulu turun dari ku.

terlepas dari apapun, namun niat di hati adalah Allah. karena aku berpikir, jika saja aku yang mengalami hal-hal tersebut, aku kesasar atau kecopetan, tak tahu arah p-ulang, tak punya uang untuk ongkos pulang. betapa sedihnya jika tak ada orang yang sudi membantu. Aku berpikir, aku ikhlas, terlepas jika yang datang meminta tolong itu ternyata hanya berpura-pura semata untuk mendapat uang. dan akhirnya hanya Kepada Allah semua perkara ku kembalikan.

Semoga Allah ridha pada mereka yang mau menolong sesama dalam keikhlasan, Amin.

Tidak ada komentar: