Selasa, 07 Maret 2017

Sebelum Menikah

menikah adalah sebuah kata yang terdengar manis dan sakral. betapa tidak? sebab karena kata "menikah" yang dibubuhi tanda tanya sering membuat orang tersenyum kecut. apalagi bagi jomblowan jomblowati yang masih konsisten dengan kesendiriannya sementara waktu tenggang umur produktif mendekati batas akhir. okeh.. ini yang mau dikit saya bagi.

saya bukan pakar dalam bidang psikologi rumah tangga, juga bukan ahli bidang perasaan maupun ahli pernikahan. tapi ada sedikit yang bisa saya bagi kepada teman-teman yang masih setia berdoa dikhusyuknya malam meminta jodoh terbaik namun belum jua hadir.

okeh.. okeh.. tarif nafas.. rileks aja..
tulisan ini gak berat koq.. cuma bagian dari pengalaman pribadi. jadi... kalau dirasa ada yang cocok boleh ambil yang baiknya, kalau gak cocok mohon maaf mungkin cara kita melihat beda sudut pandang. okeh.. kita bahas ya..

pertama :
menikah itu bukan sekedar Saya Suka Kamu, Kamu Suka Saya, Orang Tua Saya dan Kamu sama-sama suka Eh.. setuju maksudnya maka kita menikah. dear teman-teman saya yang sholeh-sholehah.. menikah itu membutuhkan ilmu. ilmu apa? tentang kesabaran, tentang keikhlasan, baik menjadi seorang suami atau istri juga bila nanti menjadi ayah dan ibu.

ingat.. menikah itu bukan sekedar pilihan, tapi harus dijalani. sampai kapan? seumur hidup, agar apa? agar terhindar dari perceraian. maka.. awali niat ingin menikah dengan ilmu tentang kesabaran dan keikhlasan. orang yang kita sukai atau pacari sebelum menikah itu taklah ada apa-apanya.. hanya tampilan luar, maka setelah menikah ijab qabul diucap bergetar Arsy Allah maka detik itu juga buka hati mu lebar lebar selebar lebarnya menerima kekurangan pasangan. 3 bulan pertama pernikahan bakal kaget-kaget, oh ternyata dia begini ternyata dia begitu. disinilah sering terjadi perdebatan bahkan pertengkaran berujung perceraian, sebab tidak menerima dengan ilmu ikhlas. jadi penting bagi kedua belah pihak membekali ilmu tentang pernikahan.

menikah bukan untuk perjalanan satu dua hari tapi selamanya. maka sediakan bekal yang cukup dikepala dan hati kita. agar jika kelak timbul rasa lelah, galilah kekhlasan dan kesabaran kita. untuk mendapatkan itu pelajari jauh-jauh hari sebelum menikah.

kedua :
dua orang yang telah dewasa lalu menikah kemudian berhubungan yang halal, maka akan diharapkan hadirnya anak yang sholeh sholehah. sebelum menjadi orang tua, maka lagi dan lagi bekali diri dengan ilmu tentang bagaimana menjadi orang tua. ingat... tidak ada yang sempurna, tidak juga menjadi suami atau istri pun tidak juga menjadi orangtua yang sempurna. tapi jadilah yang terbaik dengan mengusahakan segala yang terbaik.

memiliki anak maka yang pertama yang harus dimiliki orangtua adalah Kesabaran!
banyak orangtua diluar sana yang tidak sabar menghadapi anaknya apalagi yang balita. hey, mereka memang suka menyerakkan, membongkar, atau mengambil segala sesuatu yang baru sedetik lalu kita rapikan. maka, apakah yang harus hadir? Kesabaran!

memiliki anak maka yang harus kita sediakan adalah kasih sayang
anak akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan karena kasih sayang. jangan lupa anak adalah tukang poto copy paling ulung, dia merekam apapun yang kita perbuat. mau anak kita sholeh-ha? maka jadilah contoh yang baik dengan mencontohkan segala kebaikan.


---------------------------------------------------------------------------------
intinya.. menikah, berumah tangga lalu menjadi ibu dan ayah sebenarnya itu bukan proses dadakan. siapkanlah diri, apa yang harus dilakukan jika "saya" sebagai suami, sebagai istri, sebagai ayah, sebagai ibu agar tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah. jadi sembari menunggu doa terkabul isi waktu menunggumu dengan mempelajari tentang pernikahan yang dicontohkan Rasululllah Saw, juga bagaimana mendidik anak-anak secara islam.

jika setiap individu memahami bagaimana seharusnya dia berperan untuk menciptakan rumah tangga sakinah mawaddah warrohmah, maka saya yakin KDRT dan perceraian minim terjadi. maka bekali diri dengan ilmu, perbanyak baca buku tentang fikih rumah tangga, fikih mendidik anak juga bagaimana seharusnya memperlakukan istri dan melayani suami, juga bagaimana menjadi orang tua yang seharusnya. semoga bermanfaat.

------------------------------------------------------------------------------------
*tulisan ini hadir berawal dari keprihatinan saya atas anak didik yang mengalami pertikaian dalam rumah tangga orang tua


Tidak ada komentar: